Kitab Dzamm al-Kibr wa-l-‘Ujb (29) | Kitab ke-29 Ihya’ ‘Ulum ad-Din

~ Oleh: Muhammad Ma’mun
13. Hal-hal yang Menyebabkan Orang Bangga Diri dan Cara Mengobatinya. Penyebab bangga-diri sama seperti penyebab sikap sombong. Orang bangga-diri dan sombong karena merasa memiliki kelebihan dalam (a), rupa dan penampilan, (b) kekuatan fisik, (c) kecerdasan, (d) nasab, (e) kekuasaan, (f) pengikut, dan (g) kekayaan. Cara mengobatinya adalah seperti yang dijelaskan dalam bagian sebelumnya tentang mengobati sikap sombong karena tujuh motif di atas.
Tambahan yang baru—motivasi kedelapan—adalah (h) bangga terhadap hasil pemikiran pribadi yang sebenarnya salah. Perasaan inilah yang memicu perdebatan dan pertengkaran di antara manusia, juga timbulnya aliran-aliran pemikiran dan fanatisme di antara para pengikutnya. Masing-masing aliran merasa merekalah penganut ajaran agama yang paling benar dan lawan mereka adalah salah dan sesat.
Mengobati penyakit ini lebih sulit daripada perasaan bangga-diri yang ditimbulkan oleh motif-motif yang lain. Sebab, orang yang menganut pemikiran yang salah tidak menyadari kesalahannya. Seandainya ia menyadari kesalahannya, ia pasti akan meninggalkannya. Penyakit yang tidak diketahui tak mungkin diobati, dan kebodohan adalah penyakit yang tak dapat diketahui. Karena itulah mengobati penyakit ini akan sulit sekali.
Orang alim pasti bisa menjelaskan kepada orang bodoh letak ketidaktahuannya dan bisa menghilangkan kebodohan dari dirinya, kecuali bila ia bangga terhadap hasil pemikirannya yang salah dan ketidaktahuannya. Sebab, ia pasti tak akan mau mendengar penjelasan orang alim tersebut dan malah akan mencurigainya. Allah telah memberikan kepadanya penyakit yang akan mencelakakan dirinya di akhirat nanti, tapi ia malah menganggapnya sebagai kenikmatan dan anugerah. Bagaimana mengobati orang yang begini kondisinya? Mana mungkin kita menyuruhnya meninggalkan sesuatu yang menjadi sumber kebahagiaannya?
Cara mengobatinya adalah begini: Orang harus senantiasa curiga terhadap hasil pemikirannya sendiri dan tidak terbuai olehnya, kecuali bila hasil pemikirannya memiliki landasan dalam Qur’an, Sunnah, dan argumen rasional yang sahih dan memenuhi syarat-syarat argumentasi. Dan orang tak mungkin mengetahui dalil-dalil Qur’an dan Sunnah, serta argumen rasional yang sahih, kecuali bila ia memiliki kecerdasan alami dan telah mengkaji semesta ilmu secara mendalam sepanjang hayat.
Orang yang tidak memenuhi syarat-syarat ini—tidak memiliki kecerdasan alami dan tidak mengkaji semesta ilmu secara mendalam sepanjang hayatnya—sebaiknya tidak ikut-ikutan berbicara tentang isu-isu sektarian dan aliran-aliran pemikiran. Itu hanya akan membingungkannya dan membuatnya tenggelam dalam fanatisme. Cukuplah baginya meyakini dasar-dasar akidah yang wajib diimani oleh kalangan awam dan menyibukkan diri dengan ibadah, amal saleh, dan menjauhi maksiat.
Kitab Dzamm al-Kibr wa-l-‘Ujb sudah tuntas. Semoga kita semua diberi kemampuan untuk memahaminya dan mengamalkannya. Amin!

Leave a Comment