Kitab Dzamm al-Kibr wa-l-‘Ujb (25) | Kitab ke-29 Ihya’ ‘Ulum ad-Din

~ Oleh: Muhammad Ma’mun
10. Tentang bahaya bangga-diri. Bahaya bangga-diri banyak. Pertama-tama, bangga-diri menimbulkan kesombongan. Kesombongan kemudian menimbulkan perangai-perangai buruk yang telah kita bicarakan di atas. Itu semua adalah pengaruh bangga-diri terhadap sesama manusia.
Kepada Allah, bangga-diri membuat orang lupa dan abai terhadap dosa-dosa yang pernah ia lakukan. Sebagian dari dosa-dosa tersebut ia lupakan karena ia menyangka ia tak perlu melakukan introspeksi diri sehingga ia melupakannya. Kalaupun ia mengingatnya, ia akan mengecilkannya dan menganggapnya remeh. Akibatnya, ia tidak berusaha untuk mengoreksi diri dan melepaskan diri dari dosa tersebut. Malah mungkin, ia menyangka Allah akan mengampuni dosa-dosa tersebut.
Mengenai ibadah dan amal kebaikan, ia menyangka amal-amal tersebut sudah sempurna dan bangga karenanya. Ia merasa sudah melakukan pengabdian yang terbaik kepada Allah. Ia lupa bahwa ia melakukan ibadah dan amal karena diberi kemampuan oleh-Nya. Bukan karena ikhtiar dan usahanya sendiri. Ketika ia bangga akan amal-amal kebaikan yang telah ia lakukan, ia menjadi buta terhadap kekurangan-kekurangannya. Padahal, orang yang tak mau melakukan introspeksi diri amal-amal kebaikannya kemungkinan besar akan sia-sia. Sebab, amal-amal kebajikan itu ibaratnya cuma tubuh, sementara ruhnya adalah keikhlasan. Hanya mereka yang mau melakukan introspeksi diri yang akan bisa meraih keikhlasan.
Orang yang bangga-diri terpedaya oleh dirinya sendiri dan oleh Allah. Ia merasa aman dari siksa dan ujian Allah terhadapnya. Ia merasa memiliki kedudukan mulia di hadapan Allah. Ia merasa memiliki anugerah dan keistimewaan di sisi Allah karena ibadah dan amal yang ia kerjakan.
Ia merasa bangga terhadap kecerdasan dan pengetahuan yang ia miliki. Akibatnya, ia merasa tak perlu belajar, berdiskusi, dan bertanya kepada orang lain. Ia sudah merasa cukup dengan pemikirannya sendiri, dan malas untuk bertanya kepada mereka yang memiliki wawasan yang lebih luas daripada yang ia miliki.
Malah mungkin ia merasa puas dengan pemikiran salah yang ia miliki. Ia bangga karena pemikiran tersebut ia dapat dari refleksinya sendiri, bukan karena bertanya atau berdiskusi dengan orang lain. Akibatnya, ia mati-matian membela pendapatnya sendiri biarpun salah, dan tak mau mendengar nasihat orang lain atau pendapat alternatif. Ia memandang dengan sebelah mata terhadap orang lain yang memiliki pendapat berbeda karena sudah puas dengan hasil pemikirannya sendiri.
Ini semua adalah bahaya-bahaya yang ditimbulkan oleh sikap bangga-diri. Karena itulah bangga-diri merupakan salah satu akhlak yang akan mencelakakan kita di akhirat nanti. Di antara bahayanya yang paling besar, bangga-diri akan mendorong orang untuk berhenti melakukan ikhtiar dan mujahadah karena ia merasa sudah memiliki kedudukan istimewa di sisi Tuhan. Na‘udzu bi-Llah!

Leave a Comment