- Posted on
- Ihya' 'Ulum ad-Din
- 175 Views
Kitab Dzamm al-Kibr wa-l-‘Ujb (23) | Kitab ke-29 Ihya’ ‘Ulum ad-Din
~ Oleh: Muhammad Ma’mun
8. Tujuan Melatih Diri dengan Sikap Rendah Hati. Sikap sombong, seperti watak-watak yang lain, memiliki dua titik ekstrem dan satu titik moderasi. Titik ekstem yang lebih disebut ‘sombong’ dan titik ekstrem yang kurang disebut ‘rendah-diri’. Titik moderasinya disebut ‘rendah-hati’.
Yang terpuji adalah bila kita bersikap rendah-hati tanpa menghinakan diri atau bersikap rendah-diri. Dan sudah pasti tidak memiliki perasaan sombong dalam hati. Karena kedua titik ekstrem ini sama-sama tercela. Yang dicintai oleh Allah adalah sikap moderat.
Kita melatih diri membuang sikap sombong dengan jalan bersikap rendah hati kepada kawan-kawan dan rekan-rekan yang ada di bawah kita sehingga kita merasa nyaman dengan sikap tawadu dalam pergaulan. Bila kita sudah merasa nyaman dengan sikap tawadu, maka sikap rendah hati sudah tertanam dalam hati kita. Bila kita merasa berat untuk melakukannya, itu adalah berpura-pura. Dan sikap rendah hati masih belum tertanam dalam hati. Ciri akhlak yang sudah tertanam dalam hati adalah bila kita merasa nyaman melakukannya tanpa perasaan berat dan bukan karena ingin pamer.
Tapi bila kita merasa gampang untuk mengalah sedemikian rupa hingga titik kita menafikan diri, ini berarti kita sudah sampai di titik ekstem yang satunya: rendah diri. Kita harus berbalik dan meninggikan posisi kita hingga ke titik di tengah, karena seorang Muslim tak patut untuk menghinakan dirinya.
Moderasi adalah titik yang terpuji tapi sulit diraih. Inilah ash-shirath al-mustaqim, jalan yang lurus. Orang-orang lebih gampang jatuh ke titik rendah-diri daripada ke titik takabur, seperti mereka lebih gampang boros daripada pelit. Baik boros maupun pelit sama-sama tercela, demikian pula rendah-diri dan takabur. Yang terpuji adalah titik di tengah: hemat dan rendah-hati. Inilah titik keseimbangan dan memosisikan segala sesuatu pada tempatnya.