Kitab Dzamm al-Kibr wa-l-‘Ujb (15) | Kitab ke-29 Ihya’ ‘Ulum ad-Din

~ Oleh: Muhammad Ma’mun
h. Pakaian pun bisa menjadi penanda apakah seseorang sombong atau rendah hati. Nabi pernah bersabda, “Badzadzah termasuk tanda keimanan.” Harun bertanya kepada Ma‘n, “Apa badzadzah itu?” Ia menjawab, “Berpakaian sederhana.” Zaid ibn Wahb bercerita, “Aku melihat ‘Umar ibn al-Khaththab berjalan menuju pasar. Ia memakai jubah yang memiliki 14 tambalan.” ‘Ali ditegur karena memakai baju sederhana yang ada tambalannya. Ia menjawab, “Ini agar dicontoh oleh kaum beriman dan hati menjadi khusyu karenanya.”
Nabi ‘Isa bertutur, “Pakaian indah itu tanda kesombongan hati.”
Thawus berkata, “Ketika aku sedang mencuci kedua bajuku, hatiku menolak untuk memakainya selama keduanya bersih.”
Rasulullah bersabda, “Barang siapa meninggalkan perhiasan dunia dan tidak memakai baju bagus karena tawadu di hadapan Allah dan karena mengharapkan wajah-Nya, Dia akan menyediakan untuknya keajaiban-keajaiban surga.”
Di atas, Nabi ‘Isa bertutur, “Pakaian indah itu tanda kesombongan hati.” Tapi bukankah Rasulullah pernah ditanya tentang apakah pakaian indah merupakan penanda kesombongan atau tidak. Dan beliau menjawab, “Bukan. Kesombongan adalah bila orang tak mau menerima kebenaran dan merendahkan orang lain.” Tidakkah kedua pernyataan ini kontradiktif?
Jawaban terhadap pertanyaan ini adalah: Berpakaian indah tidaklah mesti dimotivasi oleh kesombongan dalam segala kesempatan. Inilah yang diisyaratkan oleh jawaban Rasulullah saat ditanya oleh Tsabit ibn Qais dalam kutipan hadis di atas. Tsabit menjelaskan kepada beliau, “Aku juga manusia yang diciptakan untuk mencintai keindahan, seperti yang kau lihat.” Beliau tahu bahwa kesukaan Tsabit terhadap kebersihan dan pakaian indah bukan karena kesombongan.
Kesukaan terhadap pakaian indah tidak mesti dimotivasi oleh kesombongan, tapi mungkin saja begitu. Kepuasan terhadap pakaian sederhana juga begitu: mungkin saja dimotivasi oleh kerendahhatian. Tapi mungkin juga tidak. Tanda bahwa seseorang sombong adalah ia berusaha menjaga penampilannya ketika sedang berada di hadapan orang banyak dan tak memedulikan penampilan ketika sedang sendirian. Orang yang cuma dimotivasi oleh keindahan dan kerapian akan berusaha berpakaian indah dan rapi di manapun, bahkan ketika sendirian. Dan ini bukan kesombongan.
Dengan demikian, ucapan Nabi ‘Isa, “Pakaian indah itu tanda kesombongan hati,” berlaku untuk kesempatan-kesempatan tertentu; sementara percakapan Nabi dengan Tsabit ibn Qais berarti bahwa pakaian indah belum tentu dimotivasi oleh kesombongan, walaupun mungkin juga dimotivasi oleh kesombongan.
Bakr ibn ‘Abd Allah al-Muzani berkata, “Pakailah pakaian para raja, tapi matikan hatimu dengan rasa takut kepada Allah!” Ia mengarahkan ucapan ini kepada orang-orang yang takabur dengan memakai pakaian orang-orang saleh. Seperti yang diisyaratkan oleh Nabi ‘Isa, “Kalian mendatangiku dengan memakai jubah para rahib, tapi hati Kalian seperti serigala kelaparan. Pakailah pakaian para raja, tapi lembutkan hatimu dengan rasa takut kepada Allah!”

Leave a Comment