- Posted on
- Ihya' 'Ulum ad-Din
- 197 Views
Kitab Dzamm al-Kibr wa-l-‘Ujb (14) | Kitab ke-29 Ihya’ ‘Ulum ad-Din

~ Oleh: Muhammad Ma’mun
6. Tentang Akhlak Orang-orang yang Rendah Hati dan Pengaruh Sikap Rendah Hati dan Kesombongan terhadap Perilaku Manusia. Perasaan sombong bisa tercermin dalam tindak-tanduk seseorang, seperti wajah yang meremehkan, pandangan mata yang merendahkan, kepala yang dimiringkan, duduk dengan kaki disilangkan; pilihan kata yang diambil saat seseorang berbicara, bahkan intonasi dan nada suaranya; caranya berdiri dan duduk, caranya bergerak dan diam, dst. Berikut ini beberapa di antara contoh perilaku takabur, diiringi oleh kebalikannya: perilaku orang yang rendah hati.
a. Orang sombong menghendaki orang lain berdiri di hadapannya untuk memberikan penghormatan terhadap dirinya. Kata ‘Ali, “Barang siapa ingin bertemu dengan penghuni neraka, carilah orang yang duduk sementara orang lain berdiri menghormatinya.” Anas bercerita, “Tidak ada manusia yang lebih dicintai oleh para Sahabat kecuali Rasulullah. Tapi bila mereka bertemu dengan beliau, mereka tidak berdiri untuk menghormati beliau karena mereka tahu beliau tidak menyukainya.”
b. Bila berjalan, orang sombong pasti memiliki pengiring di belakangnya. Abu-d-Darda’ berkata, “Orang akan semakin menjauh dari Allah selama ia memiliki pengiring yang membuntutinya di belakang.” Salah seorang Sahabat Nabi yang kaya raya adalah ‘Abd ar-Rahman ibn ‘Auf. Bila orang bertemu dengannya di pasar atau di rumahnya, ia tak akan bisa membedakan ‘Abd ar-Rahman dari para budaknya karena penampilan mereka sama.
c. Orang sombong enggan mengunjungi orang lain meskipun ia tahu bertamu akan bermanfaat kepadanya dari segi agama. Orang yang rendah hati tidak seperti ini. Seperti cerita tentang Sufyan ats-Tsauri. Ia katanya pernah datang ke Ramallah. Di sana, Ibrahim ibn Adham berkata kepadanya, “Datanglah ke rumahku! Ajari kami hadis!” Orang-orang menegur Ibrahim karena mengundang Sufyan dengan cara yang tidak sopan. “Abu Ishaq, mengapa Engkau mengundangnya dengan begini?” Ibrahim menjawab, “Aku ingin tahu apakah ia rendah hati atau tidak.” Dan begitulah: Sufyan tetap datang ke rumah Ibrahim.
d. Orang sombong enggan duduk bersama orang lain kecuali bila duduk berhadap-hadapan dan tidak terlalu dekat dengannya. Orang yang rendah hati berperilaku sebaliknya. Ibn Wahb bercerita, “Aku duduk di sisi ‘Abd al-‘Aziz ibn Abi Rawwad. Pahaku hingga bersentuhan dengan pahanya. Karena merasa tak nyaman, aku menarik kakiku darinya. Ia bertanya, ‘Mengapa Engkau bertingkah seperti bertemu dengan orang angkuh? Seolah tidak ada orang yang lebih buruk daripada aku?!’”
e. Orang sombong merasa jijik berkumpul dengan orang-orang cacat atau penyakitan. Seorang penyakitan mendatangi rumah Rasulullah dan meminta sesuatu kepada beliau. Waktu itu beliau sedang makan [bersama sejumlah pemuka Quraisy]. Rasulullah menyilakan pengemis itu masuk dan mengajaknya duduk di samping beliau. Pengemis itu duduk bersentuhan paha dengan beliau dan makan bersama beliau.
f. Orang sombong tak mau menyibukkan diri dengan pekerjaan sehari-hari di rumahnya. Orang yang rendah hati berperilaku sebaliknya. Seorang tamu datang menghadap ke Khalifah ‘Umar ibn ‘Abd al-‘Aziz pada suatu malam. Waktu itu, ‘Umar sedang menulis dan lampu yang menerangi mejanya sudah hampir padam. Tamu itu menawarkan bantuan, “Biar kuisikan minyaknya.” ‘Umar menolak. Katanya, “Tuan rumah yang meminta bantuan tamunya bukan tuan rumah yang baik.” Si tamu bertanya, “Kupanggilkan pembantu?” ‘Umar menjawab, “Jangan! Ia sedang tidur sekarang.” Ia kemudian bangkit, meraih botol minyak, lalu mengisi sendiri minyak ke dalam lampu.
g. Orang sombong gengsi membawa barang-barang miliknya atau belanjaan di pasar ke rumah. Ia akan menyuruh pembantu atau budaknya untuk membawakan barang-barang belanjaannya. Orang yang rendah hati tidak seperti itu. ‘Umar ibn al-Khaththab, misalnya, biasa berbelanja ke pasar dan membawa pulang sekantong daging ke rumahnya.