- Posted on
- Ihya' 'Ulum ad-Din
- 170 Views
Kitab Dzamm al-Kibr wa-l-‘Ujb (9) | Kitab ke-29 Ihya’ ‘Ulum ad-Din
~ Oleh: Muhammad Ma’mun
Mengapa orang yang berpengetahuan, orang alim, bisa takabur? Penyebabnya ada dua. Yang pertama adalah ia merasa sudah sibuk dengan pengetahuan, tapi sebenarnya yang ia geluti bukan pengetahuan sejati. Pengetahuan sejati semestinya akan membuat orang yang mempelajarinya mengenal dirinya, mengenal Tuhannya, dan tanggung jawab yang ia emban di akhirat nanti. Dan ini akan membuatnya memiliki rasa takut kepada Tuhan dan sikap rendah hati di dalam batinnya, bukan sikap takabur dan perasaan aman akan nasibnya di akhirat nanti. Karena itulah, Allah berfirman, “Di antara hamba-hamba-Nya, yang takut kepada Allah hanyalah mereka yang berpengetahuan.”
Adapun pengetahuan-pengetahuan yang lain, seperti ilmu bahasa, aritmatika, fikih, atau teologi, bila orang sibuk mempelajarinya, semakin mendalam ia mengkajinya, akan semakin tenggelam pula ia dalam kesombongan dan kemunafikan. Disiplin-disiplin pengetahuan ini lebih pantas disebut ‘seni’ daripada ‘pengetahuan’.
Yang kedua, ia memang mengkaji pengetahuan hakiki, tapi ia memiliki batin kotor, ego rendah, dan akhlak yang buruk. Ia belum sempat mendisiplinkan batinnya, dan menyucikan hatinya dengan pelbagai metode mujahadah. Karena egonya masih belum mantap untuk mengabdi kepada Allah, ruang batinnya pun tetap kotor. Akibatnya, pengetahuan yang ia dalami terjerumus ke dalam ruang batin yang kotor sehingga ‘buahnya’ menjadi busuk dan pengaruh pengetahuan terhadap akhlaknya tidak ada.
Wahb ibn Munabbih memiliki tamsil yang jitu tentang hal ini. “Pengetahuan itu,” katanya, “seperti air hujan yang turun dari langit. Airnya manis dan segar. Air hujan kemudian diserap oleh akar pepohonan yang ada di bumi. Air itu kemudian diolah dan diubah menjadi buah seturut dengan ‘watak’ masing-masing pohon: ada yang menghasilkan buah manis, ada yang menghasilkan buah pahit, ada yang tawar. Pengetahuan juga begitu: di tangan orang yang pada dasarnya sombong, pengetahuan akan membuahkan sikap takabur; dan di tangan orang yang rendah hati, pengetahuan akan menambah sikap tawadu.”
Dus, orang bodoh yang dalam hatinya ada watak sombong, bila mendalami pengetahuan, ia akan menemukan alasan untuk semakin sombong lagi. Semakin tinggi pengetahuannya, akan semakin sombong ia. Sebaliknya, di tangan orang yang rendah hati, pengetahuan akan semakin menambah sikap tawadunya. Ia akan semakin takut kepada Allah dan sadar akan tanggung jawabnya di akhirat nanti.
Sayangnya, pengetahuan memang merupakan motif yang paling sering digunakan oleh orang untuk bersikap sombong. Rasulullah pernah bersabda, “Ada orang membaca Qur’an, tapi Qur’an tak bisa menembus kerongkongannya. Ia membaca Qur’an, tapi dalam hatinya ia berpikir: Aku sudah mengaji. Siapa yang lebih fasih mengaji daripada aku? Siapa yang lebih alim daripada aku?”
‘Umar pernah berkata, “Jangan jadi ulama yang arogan! Karena bila Engkau arogan, pengetahuanmu tak sebanding dengan kebodohanmu.”
Hudzaifah pernah diminta oleh jamaah untuk memimpin salat. Ia menolak. Ia berkata, “Cari orang lain saja. Soalnya dalam batinku terbersit pemikiran bahwa tidak ada yang lebih utama untuk memimpin salat daripada aku.”