Kitab Dzamm al-Kibr wa-l-‘Ujb (7) | Kitab ke-29 Ihya’ ‘Ulum ad-Din

~ Oleh: Muhammad Ma’mun
Manusia yang takabur dapat mengarahkan kesombongannya kepada (a) Tuhan, (b) rasul, dan (c) sesama manusia. Yang pertama, yang paling keji, adalah sombong terhadap Tuhan. Penyebabnya tiada lain adalah kebodohan dan kesewenang-wenangan. Ini yang terjadi, misalnya, pada Namrud atau Firaun yang mengklaim sifat ketuhanan untuk diri mereka.
Yang kedua, sombong terhadap rasul, adalah perasaan pongah dan gengsi dalam diri seseorang untuk tunduk dan patuh kepada sesama manusia yang menurutnya sama saja seperti dirinya. Akibatnya, ia tak mampu berpikir jernih dan tak dapat melihat kebenaran. Karena kesombongannya, ia tetap tenggelam dalam kebodohan, namun merasa sebagai pihak yang teguh berpegang pada kebenaran.
Yang ketiga, sombong terhadap sesama manusia, adalah perasaan dalam diri seseorang bahwa dirinya lebih utama dan lebih baik daripada orang lain. Akibatnya, ia merasa dirinya tak pantas mengikuti orang lain yang lebih rendah daripada dirinya, meninggikan posisi dirinya dari orang lain, meremehkan dan mengecilkan kedudukan orang lain, dan merasa tersinggung kalau dianggap setara dengan mereka.
Jenis kesombongan yang ketiga ini, sekalipun lebih rendah daripada jenis yang pertama dan kedua, juga berbahaya karena dua alasan. Pertama, karena kebesaran, kemuliaan, keagungan, dan ketinggian hanya pantas untuk Tuhan semata, bukan manusia. Bagaimana manusia yang berasal dari setitik air yang menjijikkan merasa memiliki keagungan dan kemuliaan? Kedua, kesombongan jenis ini akan mendorong seseorang untuk mengabaikan perintah-perintah Allah. Karena ia mendengar penjelasan tentang agama dari orang-orang yang ia pandang lebih rendah dan inferior daripada dirinya, ia akan mati-matian menolaknya, bahkan seandainya sering berbicara tentang rahasia-rahasia spiritual dalam praktik keagamaan.
Takabur terhadap sesama manusia adalah besar bahayanya karena sikap ini akan mendorong seseorang untuk takabur terhadap perintah Allah juga nantinya. Dalam konteks inilah, manusia semestinya mengambil pelajaran dari cerita tentang Iblis dalam Qur’an. Ia menolak mematuhi perintah Allah karena takabur terhadap Adam. Ia merasa dirinya lebih mulia daripada Adam, dan oleh karena itu tak mau patuh terhadap perintah Allah untuk bersujud kepadanya. Penyebab celakanya Iblis adalah kesombongan dan kedengkiannya terhadap Adam, yang memicunya untuk takabur terhadap perintah Allah.
Dengan demikian, setiap orang yang memandang dirinya lebih baik daripada orang lain, meremehkan dan menghina orang lain, memandang orang lain dengan mata mengejek dan merendahkan, dan menolak kebenaran hanya karena ia mendengarnya dari orang yang ia anggap lebih rendah daripada dirinya, adalah sikap takabur. Rasulullah pernah ditanya oleh Tsabit ibn Qais ibn Syammas, “Rasulullah, aku pria yang suka menjaga penampilan. Apakah ini termasuk kesombongan?” Beliau menjawab, “Tidak. Sombong itu menolak menerima kebenaran menganggap rendah orang lain.”

Leave a Comment